Saturday, January 23, 2016

Cara Penulisan Gelar Akademik yang Baik dan Benar (EYD)

Kendati hanya persoalan kecil, tetapi kebanyakan orang tidak memahami penulisan gelar yang benar. Penulisan gelar sejatinya tidaklah sesulit yang dibayangkan, tetapi juga tidak segampang yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang.

Berdasarkan aturan kebahasaan, penulisan gelar termasuk kategori pemahaman tentang singkatan. Singkatan adalah kependekkan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik dilafalkan huruf demi huruf maupun dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya. Selain itu, dalam buku pedoman umum ejaan yang disempurnakan (EYD), penulisan gelar juga secaraintens disinggung, bahkan disertai beberapa contoh penulisan yang benar. Namun demikian, masyarakat masih saja banyak yang belum memahami dengan baik teknik penulisan gelar yang benar.
Sekarang, marilah kita analisis tentang penulisan gelar ini, agar kita tidak lagi menemui kesulitan di kemudian hari.
Jika dianalisis kata per kata, penulisan gelar dapat dinalar melalui teori singkatan. Sebagai misal, penulisan gelar sarjana pendidikan, yang ditulis benar, Sarjana Pendidikan (S.Pd.), dan ditulis di belakang nama penyandang gelar. Huruf  “S“ pada kata sarjana, ditulis dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik, merupakan satu kata. Kemudian, huruf  “P” ditulis dengan huruf besar, tetapi huruf  “D”  ditulis dengan huruf kecil dan diakhiri dengan tanda titik. Huruf  “D”  ditulis dengan huruf kecil karena posisinya sebagai bagian dari rangkaian satu kata dengan huruf “P” yang merupakan kepanjangan dari kata “pendidikan”. Demikian pula singkatan-singkatan gelar lain yang sejenis dengan contoh tersebut, juga akan mengalami proses kebahasaan yang sama.
Lain halnya dengan singkatan pada gelar yang tanpa menyertakan huruf peluncur sebagai bagian dari rangkaian satu kata. Sebagai misal, penulisan gelar sarjana hukum, sarjana ekonomi, dan sarjana pertanian. Jika disingkat, ketiga contoh gelar tersebut hanya terdiri dari huruf awal, dan tanpa menyertakan huruf peluncur yang merupakan bagian dari rangkaian kata, sehingga penulisannya pun terdiri atas huruf per huruf serta masing-masing ditandai dengan tanda baca titik. Dengan demikian, penulisan gelar sarjana hukum, ditulis di belakang nama penyandang gelar dengan singkatan: S.H., sarjana ekonomi ditulis S.E., dan sarjana  pertanian ditulis S.P.. Penulisan-penulisan gelar lain yang sejenis dengan contoh tersebut, dan yang hanya terdiri dari dua huruf atau lebih tanpa disertai dengan huruf peluncur sebagai bagian dari rangkaian kata, harus mengikuti pola penulisan tersebut.
Berikut ini contoh-contoh penulisan gelar yang benar.
Gelar Sarjana
S.Ag. (Sarjana Agama)
S.Pd. (Sarjana Pendidikan)
S.Si.  (Sarjana Sains)
S.Psi. (Sarjana Psikologi)
S.Hum. (Sarjana Humaniora)
S.Kom. (Sarjana Komputer)
S.Sn. (Sarjana Seni)
S.Pt. (Sarjana Peternakan)
S.Ked. (Sarjana Kedokteran)
S.Th.I. (Sarjana Theologi Islam)
S.Kes. (Sarjana Kesehatan)
S.Sos. (Sarjana Sosial)
S.Kar. (Sarjana Karawitan)
S.Fhil. (Sarjana Fhilsafat)
S.T. (Sarjana Teknik)
S.P. (Sarjana Pertanian)
S.S. (Sarjana Sastra)
S.H. (Sarjana Hukum)
S.E. (Sarjana Ekonomi)
S.Th.K. (Sarjana Theologi Kristen)             
S.I.P. (Sarjana Ilmu Politik)
S.K.M. (Sarjana Kesehatan Masyarakat)
S.H.I. (Sarjana Hukum Islam)
S.Sos.I. (Sarjana Sosial Islam)
S.Fil.I. (Sarjana Filsafat Islam)
S.Pd.I. (Sarjana Pendidikan Islam), dsb.

Gelar Magister
M.Ag. (Magister Agama)
M.Pd. (Magister Pendidikan)
M.Si. (Magister Sains)
M.Psi. (Magister Psikologi)
M.Hum. (Magister Humaniora)
M.Kom. (Magister Komputer)
M.Sn. (Magister Seni)
M.T. (Magister Teknik)
M.H. (Magister Hukum)
M.M. (Magister Manajemen)
M.Kes. (Magister Kesehatan)
M.P. (Magister Pertanian)
M.Fhil. (Magister Fhilsafat)
M.E. (Magister Ekonomi)
M.H.I. (Magister Hukum Islam)
M.Fil.I. (Magister Filsafat Islam)
M.E.I. (Magister Ekonomi Islam)
M.Pd.I. (Magister Pendidikan Islam), dsb.
S.Th.K. (Sarjana Theologi Kristen)

Gelar Sarjana Muda Luar Negeri
B.A. (Bechelor of Arts)
B.Sc. (Bechelor of Science)
B.Ag. (Bechelor of Agriculture)
B.E. (Bechelor of Education)
B.D. (Bechleor of Divinity)
B.Litt. (Bechelor of Literature)
B.M. (Bechelor of Medicine)
B.Arch. (Bechelor of Architrcture), dsb.

Gelar Master Luar Negeri
M.A. (Master of Arts)
M.Sc. (Master of Science)
M.Ed. (Master of Education)
M.Litt. (Master of Literature)
M.Lib. (Master of Library)
M.Arch. (Master of Architecture)
M.Mus. (Master of Music)
M.Nurs. (Master of Nursing)
M.Th. (Master of  Theology)
M.Eng. (Master of Engineering)
M.B.A. (Master of Business Administration)
M.F. (Master of Forestry)
M.F.A. (Master of Fine Arts)
M.R.E. (Master of Religious Ediucation)
M.S. (Mater of Science)
M.P.H. (Master of Public Health), dsb.
Gelar Doktor Dalam Negeri
Penulisan gelar doktor dalam negeri pun sering tidak dipahami dengan benar oleh kebanyakan orang, padahal jika kita mampu menganalisis, tidaklah sulit untuk dapat menemukan jawabannya.
Penulisan gelar doktor dalam negeri sama dengan penulisan gelar-gelar yang lain. Karena huruf  “D” dan “R” merupakan rangkaian satu kata, maka penulisan gelar doktor yang benar adalah: Dr. (Doktor), dan ditulis di depan nama penyandang gelar. Huruf  “D” ditulis dengan huruf besar, dan huruf “R” ditulis dengan huruf kecil, dan diakhiri dengan tanda titik pula.
Selain itu, di Indonesia juga memberlakukan sebutan profesional untuk program diploma. Aturan main penulisan sebutan profesional dalam negeri untuk program diploma ditulis di belakang nama penyandang sebutan profesional tersebut. Perhatikan beberapa sebutan profesional program diploma dalam negeri sebagai berikut.
Program diploma satu (D1) sebutan profesional ahli pratama, disingkat (A.P.);
Program diploma dua (D2) sebutan profesional ahli muda, disingkat (A.Ma.);
Program diploma tiga (D3) sebutan profesional ahli madya, disingkat (A.Md.); dan
Program diploma empat (D4) sebutan profesional ahli, disingkat (A.).
Akhir-akhir ini sebutan profesional untuk program diploma, sebagaimana yang tertera itu, cenderung diikuti oleh ilmu keahlian yang dimiliki. Sebagai misal, sebutan profesional untuk ahli muda kependidikan disingkat A.Ma.Pd., ahli madya keperawatan disingkat A.Md.Per., ahli madya kesehatan disingkat A.Md.Kes., ahli madya kebidanan disingkat A.Md.Bid., dan ahli madya pariwisata disingkat A.Md.Par.
Selanjutnya, banyak orang bertanya-tanya tentang beberapa gelar doktor luar negeri yang tidak mereka pahami maksudnya, juga tidak mereka ketahui cara penulisannya, sehingga banyak diantara mereka hanya dapat memperkirakan maksud, dan demikian pula cara penulisannya. Karena berdasarkan perkiraan belaka, maka banyak diantara mereka salah menebak maksud serta cara penulisannya.
Penulisan gelar doktor, master, dan sarjana muda dari luar negeri, ditulis di belakang nama penyandang gelar. Sebagaimana penulisan gelar-gelar dalam negeri, penulisan gelar dari luar negeri pun sama. Untuk dapat memahami penulisan yang benar, kita perlu menganalisis kata per kata sebagaimana cara menganalisis kata per kata pada penulisan gelar dalam negeri. Sebagai misal, gelar doctor of philosophyyang ditulis benar [Ph.D.]. Huruf “P” ditulis dengan huruf besar, tetapi huruf “H” ditulis dengan huruf kecil, dan diakhiri dengan tanda titik. Huruf “H” ditulis dengan huruf kecil karena posisinya sebagai bagian dari rangkaian satu kata dengan huruf “P” yang merupakan kepanjangan dari kata philosophy, sedangkan huruf “D” ditulis dengan huruf besar sebagai singkatan dari kata doctor, dan diakhiri dengan tanda titik.
Perhatikan beberapa gelar doktor luar negeri yang sering kita jumpai di Indonesia, dan contoh penulisannya:
Ph.D. (Doctor of Philosophy);                      =>               Sigit Sugito, Ph.D.
Ed.D. (Doctor of Education);                       =>               Sigit Sugito, Ed.D.
Sc.D. (Doctor of Science);                          =>               Sigit Sugito, Sc.D.
Th.D. (Doctor of Theology);                       =>               Sigit Sugito, Th.D.
Pharm.D. (Doctor of Pharmacy);                  =>               Sigit Sugito, Pharm.D.
D.P.H. (Doctor of Public Health);                 =>               Sigit Sugito, D.P.H.
D.L.S. (Doctor of Library Science);               =>               Sigit Sugito, D.L.S.
D.M.D. (Doctor of Dental Medicince);           =>               Sigit Sugito, D.M.D.
J.S.D. (Doctor of Science of Jurisprudence). =>               Sigit Sugito, J.S.D., dsb.
Tambahan lagi, penulisan gelar ganda yang kedua gelar tersebut berada di belakang nama penyandang gelar, juga perlu memperhatikan teknik penulisan yang benar. Bahwasanya, selama ini kita sering menjumpai bahkan mungkin, menjadi pelaku sendiri penulisan gelar ganda yang tidak memperhatikan tata cara penulisan yang benar.
Tenik penulisan gelar ganda yang kedua-duanya berada di belakang nama penyandang gelar, banyak terkait dengan penggunaan tanda baca koma (,). Penulisan yang benar adalah setelah nama (penyandang gelar), dibubuhkan tanda koma (,) kemudian diikuti gelar yang pertama, ditulis dengan teknik penulisan yang benar, lalu dibubuhkan tanda koma untuk penulisan gelar yang kedua, dan seterusnya (jika ada gelar-gelar yang lain). Perhatikan beberapa contoh penulisan gelar ganda di bawah ini:
Endra Lesmana, S.Ag., S.H.
Endra Lesmana, S.Pd., S.S.
Endra Lesmana, S.Hum., S.Pd.I.
Jika penyandang gelar memiliki gelar lebih dari dua gelar, dan semuanya berada di belakang nama penyandang gelar, teknik penulisannya pun sama. Perhatikan pula beberapa contoh penulisan gelar yang lebih dari dua gelar di belakang nama penyandang gelar.
Imam Prasodjo, S.S., M.Hum., M.Pd.
Imam Prasodjo, S.Pd., S.S., M.Ed.
Imam Prasodjo, S.Ag., M.E.I., Ph.D.
Penulisan gelar dengan mengikuti nama penyandang gelar yang ditulis dengan huruf balok (kapital), gelar tetap ditulis sesuai dengan penulisan gelar yang benar. Jika gelar tersebut terdapat huruf peluncur sebagai bagian dari rangkaian satu kata, sebagai misal, gelar S.Ag., S.Pd., S.Pt., huruf g, d, dan t yang posisinya sebagai huruf peluncur dari rangkaian satu kata, tidak ditulis dengan huruf besar. Perhatikan beberapa contoh di bawah ini:
Ditulis Benar                          Ditulis Salah                       Juga Ditulis Salah
Hadi Mulya, S.Pd.                   HADI MULYA, S.PD.             HADI MULYA, S.Pd.
Hadi Mulya, S.Ag.                   HADI MULYA, S.AG.            HADI MULYA, S.Ag.
Hadi Mulya, S.Pt.                    HADI MULYA, S.PT.            HADI MULYA, S.Pt.
Di dalam aturan kebahasaan, nama orang tidak dibenarkan ditulis dengan huruf balok (kapital), kecuali untuk kepentingan tertentu. Jika ditulis, huruf balok (kapital) hanya dibenarkan ditulis pada awal kata nama orang. Karena itu, penulisan gelar dengan mengikuti nama penyandang gelar yang sama-sama ditulis menggunakan huruf balok, tidak hanya salah, tetapi sudah salah kaprah.
Share:

Thursday, January 21, 2016

Ciri-Ciri Orang Sok Pintar

Merenunglah! Berhentilah sejenak dari apapun aktivitas yang sedang kamu kerjakan. Lalu pikirkan tentang dirimu, tentang sifatmu. Apakah kamu sering merasa bahwa kamu adalah orang yang pintar dan bisa melakukan banyak hal dengan mudah? Apakah kamu pernah merasa lebih pintar  dan serba tahu dibandingkan orang-orang di sekitarmu? Jika ya, berhentilah sebentar. Pikirkan sesuatu.

Apakah kamu benar-benar orang pintar, atau sebenarnya kamu tidak sepintar yang kamu bayangkan? Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu, ada baiknya kamu memperhatikan hal-hal berikut ini. Tentang tanda-tanda orang yang merasa pintar, tapi sebenarnya tidak terlalu pintar. Em, mungkin dia hanya orang yang sok pintar.

Tidak suka mendengarkan, lebih banyak bicara dan ingin selalu didengarkan

Ia tidak ingin mendengar, hanya ingin didengar. (michaelgeist.ca)
Orang yang pintar adalah orang yang banyak pengetahuan. Tapi uniknya, semakin banyak dia tahu, semakin banyak pula dia merasa tidak tahu. Sehingga dia punya rasa penasaran dan keingintahuan yang mendorongnya untuk selalu mencari tahu. Dalam kehidupan sehari-hari, orang pintar akan lebih banyak mendengarkan. Karena dia merasa, dengan mendengarkan, akan ada hal baru yang bisa ia dapatkan. Dia sadar bahwa setiap orang memiliki pengetahuan masing-masing yang barangkali tidak ia ketahui. Itulah sebabnya orang pintar senang mendengarkan dan menggali pengetahuan dari orang lain.

Sedangkan orang yang sok pintar akan merasa sebaliknya. Dia tidak terlalu suka mendengarkan namun justru ingin selalu didengarkan. Orang sok pintar cenderung terlalu banyak bicara agar orang lain mengakui kepintarannya. Dia risih ketika mendengarkan penjelasan orang lain, karena itu membuatnya merasa seperti digurui dan terlihat bodoh. Maka, dia akan berusaha mengambil alih pembicaraan dan membuat orang lain beralih mendengarkannya.

Banyak membual demi mendapatkan citra baik

Demi pencitraan saja, sampai rela berbohong! (weekendcollective.com)

Orang yang pintar akan berbicara atas dasar fakta atau pengalaman empirik. Bukan hanya ngarang atau berbicara tentang “katanya, katanya”. Dia tidak suka membicarakan sesuatu yang belum tentu kebenarannya. Sehingga, ketika mendengar sesuatu dari orang lain, dia akan berusaha melakukan crosscheck untuk memastikan kesahihannya. Sebaliknya, orang yang sok pintar akan berpikir, dia harus terlihat pintar. Harus bisa berbicara di depan orang, meskipun belum memastikan apakah yang ia bicarakan itu adalah kebenaran atau tidak. Maka dia akan cenderung mengatakan apapun yang bisa dia katakan. Menyebar luaskankan kabar burung yang belum dia pastikan benar atau tidaknya. Mengatakan hal-hal yang tidak dia alami sendiri tapi seolah-olah benar-benar dia alami.

Tidak mau mengakui ketidaktahuan

Ia tidak mau mengakui ketika dia tidak tahu. Sombong sekali! (talentmgt.com)

Orang sok pintar tidak mau mengakui bahwa dia bukanlah Tuhan yang tahu segalanya. Dia hanyalah manusia yang memiliki kapasitas otak sangat terbatas. Sehingga, dia akan sangat gengsi untuk mengakui ketika dia tidak mengetahui sesuatu. Dia punya cara untuk ngeles agar orang lain mengira dia paham tentang hal tersebut.  Sedangkan orang yang memang pintar, akan bersikap sebaliknya. Dia suka bertanya dan mendengarkan jawaban orang lain. Dia tidak malu, bahkan akan blak-blakan menunjukkan ketidaktahuannya terhadap sesuatu. Karena baginya, jujur untuk mengatakan ketidaktahuan justru akan membantunya menemukan jawaban sehingga dia menjadi tahu.

Banyak menjiplak kata-kata orang

Kata-kata orang suka ditiru dan diklaim sebagai kata-katanya sendiri! (twomangoes.com)
Orang sok pintar biasanya tidak memiliki pandangan sendiri. Tidak punya pendirian. Sehingga, dia banyak mengutip kata-kata yang dibuat orang lain. Entah itu dari apa yang ia dengar, ataupun apa yang ia baca. Sayangnya, dia menyampaikan kata-kata orang lain itu seolah-olah bersumber dari pemikirannya. Seolah-olah jawaban yang ia katakan murni ia buat sendiri. Semacam plagiat, dia suka memplagiasi perkataan orang lain yang dirasa keren.

Selalu ingin dipuji dan anti kritik

Maunya dipuji saja, dikritik gak terima (theblazingcenter.com)

Orang sok pintar biasanya sangat gila pujian. Dia merasa sangat senang ketika orang lain memujinya. Merasa ingin berhubungan atau berteman baik dengan siapapun orang yang suka memujinya. Mengembangkan senyum semalaman ketika mengingat pujian yang ia dapatkan. Sebaliknya, dia akan naik pitam ketika mendengar orang mengkritiknya. Atau menyampaikan kelamahannya. Dia akan sangat geram, tidak terima dan merasa ingin mengumpati si Pemberi kritik. Selalu memberikan jawaban atas apapun kritikan yang disampaikan orang lain. Dia lupa dan tidak peduli bahwa kritikan justru dapat membuatnya tahu tentang kelemahan dan jalan untuk memperbaiki diri.

 

Meremehkan orang lain, secara tampak ataupun tidak tampak

Orang lain selalu dianggap “kecil” dan lebih rendah dari dirinya (derekodwyer.com)

Sadar atau tidak sadar, orang yang sok pintar akan seringkali merendahkan orang lain. Baik itu secara spontan ataupun terencana. Baik secara tersembunyi ataupun terang-terangan. Dia merasa orang lain memiliki kemampuan di bawahnya. Itulah yang membuatnya teramat sering meremehkan orang.

Ingin terlihat sibuk, alias sok sibuk

Ngakunya sibuk, padahal sibuk gak ngapa-ngapain! (funnyand.com)

Orang sok pintar akan suka mengerjakan sesuatu yang membuatnya terlihat sibuk. Dia merasa ada banyak urusan yang harus dia selesaikan dan hanya dia yang bisa menyelesaikan. Dia tidak belajar tentang membagikan tugas karena dia tidak percaya dengan orang lain. Itulah sebabnya, dia akan berperan sebagai single fighter sehingga orang-orang akan melihatnya paling menonjol  diantara yang lain.




Sumber: http://www.isigood.com
Share: